Metrotvnews.com, Jakarta: Pegawai honorer berinisial
D di Biro Kepala Daerah dan Hubungan Luar Negeri yang menjual nama
Jokowi diskors selama satu minggu. Hal tersebut terjadi sebagai buntut
atas D yang disebut meminta uang kepada Yayasan Rumah Sakit Jakarta.
Ketika ditelusuri, D telah bekerja di Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI
Jakarta selama lima tahun.
"Dia sudah lima tahun bekerja di Pemprov DKI Jakarta. Bagiannya tetap
sama, yaitu sebagai juru naskah pidato sambutan gubernur," ujar Kepala
Biro Kepala Daerah dan Hubungan Luar Negeri DKI, Heru Budi Hartono, saat
menghadiri pelantikan pejabat eselon II di Balai Kota Jakarta, Jumat
(8/11).
Beberapa waktu lalu, D tengah mengikuti tes seleksi Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) di lingkungan DKI Jakarta. Namun, belum diketahui hasil
tesnya, D sudah terlibat dugaan kasus 'penjualan' nama Jokowi.
Sebelumnya, beredar kabar seorang PNS meminta sejumlah uang kepada
Yayasan Rumah Sakit Jakarta agar Jokowi hadir dalam acara HUT rumah
sakit tersebut. Pemprov DKI segera menelusuri kabar itu dan menemukan D,
pegawai honorer, yang diduga kuat sebagai penjual nama Jokowi. D diduga
meminta uang kepada Yayasan RS Jakarta melalui kurir, Apid.
Heru menambahkan hubungan keduanya terjalin ketika Apid mengantarkan
surat ke Pemprov DKI. Untuk mengonfirmasi kelanjutan surat tersebut,
Apid menelepon ke kantor pemprov. Saat menelepon itulah Apid diberi
nomor D karena yang bersangkutan sedang mengikuti tes CPNS. Sebelumnya,
surat tersebut diduga sebagai undangan untuk Jokowi.
"Jadi yang harus dikonfirmasi, surat yang masuk ke biro pekan lalu
adalah surat yang dibuat untuk meminta sambutan Jokowi dalam buku yang
diterbitkan RS Jakarta. Sementara undangan Jokowi untuk hadir ke acara
HUT Rumah Sakit Jakarta tersebut, baru sampai ke saya Rabu 6 November,"
kata ia.
Editor: Rita Ayuningtyas
BARISAN PENDUKUNG JOKOWI SULAWESI
Blog ini saya buat karena kecintaan saya pada keadilan di Bumi Pertiwi Indonesia
Jumat, 08 November 2013
Strategi Jokowi Manfaatkan Rusun untuk Relokasi Warga Dinilai Langkah Tepat
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Tata Ruang Universitas Trisakti Yayat Supriatna menilai strategi yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk merelokasi warga yang tinggal di tempat tidak layak untuk pindah ke rumah susun adalah langkah yang tepat.
"Kejadian Februari 2013, merupakan momentum yang tepat untuk memindahkan warga ke rumah susun Marunda yang sudah terbengkalai," kata Yayat di Jakarta, Kamis (7/11/2013).
Yayat menuturkan, langkah Jokowi yang memberikan sewa gratis selama tiga bulan dan dipancing dengan pemberian insentif seperti televisi, kulkas, tempat tidur merupakan bentuk kesungguhan untuk merelokasi warga.
"Relokasi tanpa konflik kekerasan dan disediakan pilihan alternatif untuk tempat tinggal merupakan keberhasilan tersendiri," ucapnya.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Tata Ruang Universitas Trisakti Yayat Supriatna menilai strategi yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk merelokasi warga yang tinggal di tempat tidak layak untuk pindah ke rumah susun adalah langkah yang tepat.
"Kejadian Februari 2013, merupakan momentum yang tepat untuk memindahkan warga ke rumah susun Marunda yang sudah terbengkalai," kata Yayat di Jakarta, Kamis (7/11/2013).
Yayat menuturkan, langkah Jokowi yang memberikan sewa gratis selama tiga bulan dan dipancing dengan pemberian insentif seperti televisi, kulkas, tempat tidur merupakan bentuk kesungguhan untuk merelokasi warga.
"Relokasi tanpa konflik kekerasan dan disediakan pilihan alternatif untuk tempat tinggal merupakan keberhasilan tersendiri," ucapnya.
Jokowi Ingin Silaturahmi, Anggota DPRD DKI Malah Curhat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo
dalam sambutannya mengatakan maksud dan tujuannya mengajak sejumlah
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI makan siang bersama di
rumah dinasnya hanya sebatas silaturahmi saja.
"Ini bukan acara apa-apa, hanya ingin bersilaturahmi saja," ujar Joko Widodo atau Jokowi di halaman belakang rumah dinasnya, Jalan Taman Suropati Nomor 7, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (8/11/2013).
Namun, Ketua DPRD DKI Ferrial Sofyan mengatakan tidak ingin menyiakan pertemuan yang jarang sekali digelar. Justru dari pertemuan ini pihaknya ingin menumpahkan unek-unek mereka kepada Pemprov DKI.
"Kami justru ingin menyampaikan hal-hal yang perlu kami sampaikan unek-unek kami sama pak Gubernur," tutur Ferrial.
Setelah menyampaikan pidatonya, Jokowi mengajak sejumlah Anggota DPRD DKI untuk berbincang di ruang utama. Di sana sudah disediakan meja dan kursi yang dijejer memanjang.
Perbincangan kedua lembaga di pemerintahan provinsi DKI Jakarta ini terbilang cukup cair. Gelak tawa terkadang lepas dari obrolan mereka.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama juga yang beberapa kali sempat bersinggungan dengan Dewan kali ini terlihat lebih akrab. Dirinya beberapa kali berpindah tempat dari satu kursi ke kursi lainnya hanya untuk berbincang dengan anggota Dewan.
"Ini bukan acara apa-apa, hanya ingin bersilaturahmi saja," ujar Joko Widodo atau Jokowi di halaman belakang rumah dinasnya, Jalan Taman Suropati Nomor 7, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (8/11/2013).
Namun, Ketua DPRD DKI Ferrial Sofyan mengatakan tidak ingin menyiakan pertemuan yang jarang sekali digelar. Justru dari pertemuan ini pihaknya ingin menumpahkan unek-unek mereka kepada Pemprov DKI.
"Kami justru ingin menyampaikan hal-hal yang perlu kami sampaikan unek-unek kami sama pak Gubernur," tutur Ferrial.
Setelah menyampaikan pidatonya, Jokowi mengajak sejumlah Anggota DPRD DKI untuk berbincang di ruang utama. Di sana sudah disediakan meja dan kursi yang dijejer memanjang.
Perbincangan kedua lembaga di pemerintahan provinsi DKI Jakarta ini terbilang cukup cair. Gelak tawa terkadang lepas dari obrolan mereka.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama juga yang beberapa kali sempat bersinggungan dengan Dewan kali ini terlihat lebih akrab. Dirinya beberapa kali berpindah tempat dari satu kursi ke kursi lainnya hanya untuk berbincang dengan anggota Dewan.
Dino Patti Dianggap Lebih Baik dari Jokowi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peserta Konvensi Demokrat Dino Patti Djalal
dinilai lebih baik dari Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Demikian
dikatakan peneliti Lintas Survei Nusantara Muzakkir Muannas Tovagho.
Ia mengatakan semua peserta konvensi Partai Demokrat, termasuk Dino Patti Djalal, harus percaya diri bila harus berhadapan dengan Jokowi. Meskipun soal kemasan Jokowi lebih baik dari Dino. Tetapi, soal isi, Dino jauh lebih baik dari Jokowi.
Dino dinilai Muzakkir lebih Indonesia dari Jokowi. "Membandingkannya sederhana saja. Jokowi itu fans berat sama Metallica, grup musik dari Amerika. Sampai konsernya pun Jokowi tidak mau ketinggalan. Sementara Dino suka lagu lagu daerah nusantara. Belum lama ini Dino melakukan kegiatan mempromosikan gamelan dan batik di Amerika Serikat," tutur Muzakkir dalam keterangannya, Kamis (7/11/2013).
Menurut Muzakkir, Jokowi berpenampilan Indonesia tetapi hatinya Amerika. Sedangkan Dino itu penampilan Amerika tetapi hatinya Indonesia.
Sementara itu Ridhwan Effendi dari Forum Pemilih Cerdas Indonesia mengatakan, tugas pers adalah menguliti para calon presiden. Ini agar masyarakat dapat memilih capres terbaik.
"Jangan sampai masyarakat memilih Capres itu seperti membeli kucing dalam karung," kata Ridhwan.
Ia mengatakan semua peserta konvensi Partai Demokrat, termasuk Dino Patti Djalal, harus percaya diri bila harus berhadapan dengan Jokowi. Meskipun soal kemasan Jokowi lebih baik dari Dino. Tetapi, soal isi, Dino jauh lebih baik dari Jokowi.
Dino dinilai Muzakkir lebih Indonesia dari Jokowi. "Membandingkannya sederhana saja. Jokowi itu fans berat sama Metallica, grup musik dari Amerika. Sampai konsernya pun Jokowi tidak mau ketinggalan. Sementara Dino suka lagu lagu daerah nusantara. Belum lama ini Dino melakukan kegiatan mempromosikan gamelan dan batik di Amerika Serikat," tutur Muzakkir dalam keterangannya, Kamis (7/11/2013).
Menurut Muzakkir, Jokowi berpenampilan Indonesia tetapi hatinya Amerika. Sedangkan Dino itu penampilan Amerika tetapi hatinya Indonesia.
Sementara itu Ridhwan Effendi dari Forum Pemilih Cerdas Indonesia mengatakan, tugas pers adalah menguliti para calon presiden. Ini agar masyarakat dapat memilih capres terbaik.
"Jangan sampai masyarakat memilih Capres itu seperti membeli kucing dalam karung," kata Ridhwan.
Pengamat: wajar komunikasi politik Jokowi paling baik
Jakarta (ANTARA
News) - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto menyatakan wajar jika Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo dinilai memiliki kualitas komunikasi politik dengan
publik paling baik.
"Saya tidak heran jika Jokowi (panggilan akrab Joko Widodo) menempati peringkat teratas, karena dia mampu membangun politik komunikasi langsung dengan rakyat," kata Gun Gun Heryanto pada diskusi peluncuran hasil survei Lembaga Demokrasi Bertanggungjawab (LDB) di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu.
Pada kesempatan tersebut LDB mempublikasikan hasil survei perihal kualitas komunikasi politik yang dibangunnya kepada publik terhadap 11 figur bakal calon presiden.
Menurut Gun Gun, Jokowi mampu membangun komunikasi politik langsung dengan rakyat sekaligus mencari solusi dari persoalan yang dihadapi rakyat.
Komunikaksi politik yang dibangun oleh Jokowi menurut dia, tidak hanya wacana tapi diikuti dengan tindakan nyata serta bahasanya tidak direkayasa.
"Hasil komunikasi dan kerja yang dilakukan Jokowi bisa dirasakan langsung oleh rakyat," katanya.
Gun Gun menambahkan, jika LDB menempatkan Jokowi pada peringkat teratas karena komunikasi politik yang dibangun Jokowi dengan pendekatan kerakyatan, bahasa sederhana yang mudah dimengerti rakyat, serta ada hasil konkret.
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Tubagus Hasanuddin, mengatakan, keberhasilan Jokowi membangun komunikasi politik dengan masyarakat karena bahasanya sederhana dan pendekatannya merakyat.
"Jokowi berbicara apa adanya tanpa direkayasa," katanya.
Politisi PDI Perjuangan ini menambahkan, kepemimpinan Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta yang baru sekitar setahun tapi masyarakat sudah melihat bukti hasil kerjanya.
Dengan hasil kerja tersebut, kata dia, masyarakat dapat membedakan mana pemimpin yang sungguh-sungguh bekerja dan mana pemimpin yang hanya berwacana.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Eksekutif Lembaga Demokrasi Bertanggungjawab (LDB), Tjipta Lesmana mempublikasikan hasil surveinya perihal komunikasi politik dari 11 figur bakal calon presieden kepada masyarakat.
"Saya tidak heran jika Jokowi (panggilan akrab Joko Widodo) menempati peringkat teratas, karena dia mampu membangun politik komunikasi langsung dengan rakyat," kata Gun Gun Heryanto pada diskusi peluncuran hasil survei Lembaga Demokrasi Bertanggungjawab (LDB) di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu.
Pada kesempatan tersebut LDB mempublikasikan hasil survei perihal kualitas komunikasi politik yang dibangunnya kepada publik terhadap 11 figur bakal calon presiden.
Menurut Gun Gun, Jokowi mampu membangun komunikasi politik langsung dengan rakyat sekaligus mencari solusi dari persoalan yang dihadapi rakyat.
Komunikaksi politik yang dibangun oleh Jokowi menurut dia, tidak hanya wacana tapi diikuti dengan tindakan nyata serta bahasanya tidak direkayasa.
"Hasil komunikasi dan kerja yang dilakukan Jokowi bisa dirasakan langsung oleh rakyat," katanya.
Gun Gun menambahkan, jika LDB menempatkan Jokowi pada peringkat teratas karena komunikasi politik yang dibangun Jokowi dengan pendekatan kerakyatan, bahasa sederhana yang mudah dimengerti rakyat, serta ada hasil konkret.
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Tubagus Hasanuddin, mengatakan, keberhasilan Jokowi membangun komunikasi politik dengan masyarakat karena bahasanya sederhana dan pendekatannya merakyat.
"Jokowi berbicara apa adanya tanpa direkayasa," katanya.
Politisi PDI Perjuangan ini menambahkan, kepemimpinan Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta yang baru sekitar setahun tapi masyarakat sudah melihat bukti hasil kerjanya.
Dengan hasil kerja tersebut, kata dia, masyarakat dapat membedakan mana pemimpin yang sungguh-sungguh bekerja dan mana pemimpin yang hanya berwacana.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Eksekutif Lembaga Demokrasi Bertanggungjawab (LDB), Tjipta Lesmana mempublikasikan hasil surveinya perihal komunikasi politik dari 11 figur bakal calon presieden kepada masyarakat.
Jumat, 13 September 2013
Menghayal dan Imajinasi
Seandainya saya kaya, seandainya saya berhasil, seandainya saya bisa keliling dunia, seandainya dan seandainya..!!! Itulah harapan yang selalu ada di hayalan kita pada saat di pembaringan. Enaknya hayalan sampai membawa kita pada bulan dan bintang. Kata teman saya yang sudah Almarhum "Akbar" mengatakan dengan nada bercanda bahwa pekerjaan paling asik di dunia ini hanya menghayal sebab kata teman saya itu menghayal bisa menjadikan kita siapa saja. mau jadi pesepakbola hebat, pengusaha hebat,petualng hebat, punya istri cantik, punya mobil mewah, bisa menciptakan apa saja. Tapi itulah hayalan yang merupakan imajinasi alamiah dari setiap manusia. Semanusia bisa mengayalkan apa saja tergantung mau jadi apa.
Apakah salah kita menghayal ? saya rasa tergantung pemaknaan kita. kalau saya pribadi kalau menghayal yang tidak bermanfaat lebih baik tendang jauh-jauh. mungkin saya lebih terapkan hayalan itu dengan kata yang positif, "apakah kata Imajinasi?" saya tidak mau bermain kata dengan membedakan kata "hayalan dan imajinasi" karena waktu SMA saya pernah dapat merah mata pelajaran Bahasa Indonesia hehehehe....stupid!!!
Sekarang mari kita berimajinasi, banyak penemuan-penemuan yang diciptakan dari imajinasi, bahkan kalau saya simpulkan bahwa semua penemuan di dunia ini lahir dari imajinasi para penemu dan pembuatnya contohnya "Peniti. Jarum. kancing baju, bohlam, korek api" dan masih banyak lagi mungkin pembaca saya yang sebutkan satu-satu.
Mulailah berimajinasi, dengan beimajinasi bisa membuat Anda pribadi berhasil, tetapi setelah anda berimajinasi silahkan terapkan di dunia nyata.
Langganan:
Postingan (Atom)